Dialog Pelibatan Masyarakat dalam Pencegahan Terorisme

Para wartawan perlu waspada dalam meliput peristiwa terorisme. Karena para teroris dengan cedas memancing media menyiarkan tindakannya untuk menciptakan ketakutan di masyarakat.

"Target utama para teroris itu menciptakan ketakutan di masyarakat, bukan semata-mata soal jumlah korban," ujar Jimmy Silalahi, anggota Dewan Pers dalam Dialog Pelibatan Masyarakat dalam Pencegahan Terorisme di Bandarlampung, Rabu (23/11).

Kegiatan itu diselenggarakan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Lampung --Bidang Media Massa, Hubungan Masyarakat, dan Sosialisasi-- ini, bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).

Menurut Jimmy Silalahi, aksi terorisme pada satu sisi memang seksi bagi media karena menarik minat pemirsa atau pembaca. Kejadian-kejadian teroris pun diekspose dalam porsi yang cukup besar, dari berbagai sisi.

Teror pengeboman di sebuah gereja di Samarinda yang terjadi beberapa waktu silam, dia mencontohkan, disiarkan oleh sekitar 2.500 media cetak dan online. Tentu, dampak peristiwa itu menjadi begitu luas, termasuk menyebarkan ketakutan di masyarakat. Artinya, target teroris tercapai.

Jimmy Silalahi mengutip komentar mantan Perdana Menteri Inggris Margaret Thatcher yang menyebut media merupakan oksigen publisitas bagi kemenangan terorisme.

Karena itu, menurut dia, media harus bijak dalam menyiarkan aksi terorisme. Jangan sampai, publikasi yang dilakukan media justru menguntungkan atau mendukung aksi terorisme dalam menciptakan teror ketakutan di masyarakat.

Terkait dengan masalah terorisme, menurut Jimmy, Dewan Pers mengeluarkan Pedoman Peliputan Terorisme yang diatur dalam Peraturan Dewan Pers No 01 Tahun 2015.

Pedoman yang terdiri dari 13 poin itu antara lain disebutkan, wartawan menempatkan keselamatan jiwa sebagai prioritas di atas kepentingan berita dan kepentingan publik di atas kepentingan jurnalistik.

Wartawan harus menghindari pemberitaan yang berpotensi mempromosikan dan memberikan legitimasi maupun glorifikasi terhadap tindakan terorisme maupun pelaku terorisme.

Selain itu, Jimmi Silalahi menambahkan, wartawan harus taat pada Kode Etik Jurnalistik dan turut menciptakan suasana sejuk dan kondusif di masyarakat.

Sementara Ketua FKPT Provinsi Lampung Abdul Syukur menilai media berperan strategis dalam perang melawan terorisme. Antara lain dengan menyiarkan berita yang sejuk, mendidik, dan mencegah terjadinya terorisme.

Dalam dialog yang berlangsung sehari itu, juga menghadirkan pembicara Budisantoso Budiman dari LKBN Antara, dan Willy Pramudya sebagai ahli pers BNPT. Kegiatan ini dihadiri para wartawan, perwakilan dari TNI dan polri, serta organisasi kemasyarakatan.(HD)