Rupiah Jeblok, Harga Kakao Melonjak

Lampung Timur&mdashPara petani kakao di Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung menyambut gembira merosotnya kurs rupiah terhadap dolar AS. Pasalnya dengan naiknya kurs dolar ikut mendongkrak harga biji kakao yang sebelumnya rendah. Harga biji kakao asalan yang sebelumnya Rp26 ribukg, kini melambung hingga Rp29.500kg.

&ldquoApalagi sekarang buah kakao jarang karena sebelumnya dihantam kemarau panjang sehingga produksinya rendah,&rdquo ujar Ketua Gapoktan Sumber Rezeki Desa Sumberhadi, Kecamatan Melinting, Kabupaten Lampung Timur Agus Widodo, Kamis (1212) siang.

Menurut Agus, kenaikan harga kakao ini cukup membantu kelangsungan hidup petani karena saat ini buah kakao tidak seberapa akibat dihantam kemarau panjang sejak bulan Mei lalu. &ldquoYa tanaman kakao ini membutuhkan lebih banyak kemarau tapi tidak kering betul karena banyak bunga yang tidak jadi buah dan buah rontok sebelum tua,&rdquo ungkapnya.

Ketua Gapoktan Asih Jaya Makmur, Desa Pakuon Aji, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Lampung Timur Kamsari juga menyatakan, selain untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, kenaikan harga kakao juga dimanfaatkan petani untuk membeli pupuk dan obat-obatan. &ldquoYa seiring datangnya musim hujan, kita mulai memupuk tanaman agar berbuah lebat pada musim panen tahun depan,&rdquo ujar Kamsari di tempat terpisah.

Kamsari mengakui, pada musim panen raya kelompoknya mengolah biji kakao dengan sistem fermentasi untuk dipasok ke produsen coklat Delfi melalui PT Mutiara Prima dari Bandung. Pada panen raya gapoktan yang beranggotakan 7 kelompok tani ini mampu memasok 3 tonbulan biji kakao fermentasi ke perusahaan produsen coklat tersebut. Namun karena sekarang buah kakao yang dihasilkan anggotanya sedikit maka diolah sendiri seperti biasa dan dijual dengan harga Rp28 hingga Rp29 ribukg.

Baik Agus maupun Kamsari berharap dolar bisa mencapai Rp17 ribu seperti tahun 1998 tempo hari sehingga harga kakao bisa di atas Rp35 ribukg pada saat panen puncak mulai April hingga Juli 2014 mendatang. Sebab, ungkap Kamsari, dengan 700-ha luas kebun kakao dari sekitar 350 petani anggota Gapoktan Asij Jaya Makmur baru sebagian kecil yang diproses secara fermentasi.

Saat ini umumnya tanaman kakao di Lampung Timur sedang berbunga lebat. Namun mereka mengkhawatirkan hujan yang mulai sering turun bisa merontokan bunga sehingga hanya sebagian yang menjadi putik.

Demikian juga ketika bunga sudah menjadi buah, juga bisa rusak akibat terlalu banyak hujan karena buah mengalami busuk sebelum tua. Untuk mengatasinya, petani memangkas cabang agar kebun tidak terlalu lembab yang menjadi pemicu berkembangnya jamur. Terutama petani anggota Gapoktan Sumber Rezeki menghindari pemakaian pestisida mereka sudah memiliki sertifikasi organik yang dikeluarkan UTZ dan RA (Rainforest Alliance).

Berdasarkan data dari Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Lampung Timur, luas perkebunan kakao di daerah itu mencapai 11.000 ha yang terdiri atas 4.673 ha tanaman belum menghasilkan, 9.242 ha tanaman produktif dan 385 ha tanaman nonproduktif. Sementara luas perkebunan kakao di Provinsi Lampung mencapai 39.576 ha dengan produksi 26.364 pada tahun 2012 lalu. (PR)