Pertemuan ASEAN Heritage Park Committe ke 5

Provinsi Lampung pada Tahun 2016 terpilih sebagai tempat berlangsungnya ASEAN Hertage Park (AHP) pada tanggal 25 sd 28 Juli 2016. Pertemuan tersebut dihadiri oleh 10 negara ASEAN, para pejabat eselon I dan II dilingkungan Kementerian LHK RI, Perguruan Tinggi, para kepala Balai Besar Taman Nasional, kepala Pusat Penelitian Biologi LIPI, Tim ACB dan Organisasi Pamer SCB.

Demikian disampaikan oleh Kepala Dinas Kehutanan yang sekaligus sebagai Plt Sekda Prov Lampung Sutono pada hari Rabu (20/7) diruang kerja Sekda Prov. Lampung. Selanjutnya Sutono menginformasikan bahwa AHP Committee di Lampung merupakan pertemuan ke 5, dimana sebelumnya telah dilaksanakan di Singapura pada tahun 2009, Brunei Darussalam tahun 2010, Indonesia tahun 2012, Brunai Darussalam 2014 dan di Indonesia kembali yakni terpilih di Lampung pada tahun ini. AHP merupakan kawasan perlindungan terpilih diwilayah ASEAN yang dikenal dengan keanekaragaman hayati dan ekosistem yang unik dan mempunyai nilai yang tinggi.

Melalui Deklarasi ASEAN tentang Heritage Parks and Reserves (AHPs) negara negara ASEAN sepakat mengelola AHPs secara efektif sehingga dapat diperuntukkan dalam memelihara proses ekologis dan sistem pendukung kehidupan; melestarikan keragaman genetik; memastikan berkelanjutan pemanfaatan spesies dan ekosistem secara berkelanjutan serta menjaga keindahan alam, budaya, pendidikan, penelitian, rekreasi dan pariwisata. 

Pada akhir pertemuan akan diresmikan Taman Nasional Way Kambas sebagai AHP ke 36 sehingga TN Way Kambas tidak saja merupakan warisan Indonesia namun telah resmi diakui sebagai warisan ASEAN.

Masih menurut Sutono, TN Way Kambas ditetapkan sebagai warisan ASEAN mengingat Taman Nasional Way Kambas (TNWK) merupakan Taman Nasional tertua di Indonesia. TNWK adalah salah satu Taman Nasional pertama dan tertua di Indonesia. Taman Nasional ini menempati 1.300 km persegi dari hutan dataran rendah pantai sekitar Sungai Way Kambas.

TNWK dikenal dengan konservasi gajah, karena selain menjadi tempat perlindungan bagi gajah sumatera, taman nasional ini juga dikenal sebagai tempat latihan mereka.

Way Kambas didirikan oleh pemerintah Belanda pada tahun 1937 sampai sekarang masih terjaga sebagai Taman Nasional dan diyakini ada sekitar 200 gajah sumatera (Elephas maximus sumatranensis) hidup di dalam Taman Nasional.

TNWK juga sebagai konservasi Badak Sumatera yang telah berhasil melahirkan anak badak setelah 124 tahun yang tidak diketahui badak beranak diseluruh konservasi dunia.
Kelahiran anak badak jantan Sumatera pada tanggal 23 Juni 2012 merupakan keberhasilan pertama bagi Suaka Rhino Sumatra (SRS) Way Kambas.

Ratu, badak sumatera betina penghuni Suaka Rhino Sumatera (SRS) Taman Nasional Way Kambas (TNWK) yang diselamatkan pada tahun 2005, telah melahirkan anak kedua pada tanggal 12 Mei 2016. Seperti halnya kelahiran anak pertama, kelahiran yang kedua ini juga merupakan hasil perkawinannya dengan badak jantan Andalas. Andalas sendiri adalah badak sumatera pertama yang lahir di Kebun Binatang Cincinnati, Amerika Serikat yang dipulangkan kembali ke Indonesia pada tahun 2007.
(SS)