HR Mohammad Mangundiprojo Residen Lampung Jadi Pahlawan Nasional

Setelah Radin Inten II ditetapkan menjadi Pahlawan Nasional, pemerintah pusat kembali mengangkat Mayjen (Purn) HR. Mohammad Mangundiprojo sebagai pahlawan Nasional oleh Presiden RI Joko Widodo.

Pemberian penghargaan tersebut diserahkan langsung oleh Menteri Koordinator Kemaritiman Prof Dr Dwisuryo Indroyono Soesilo kepada Gubernur Lampung M Ridho Ficardo.

Hari Pahlawan yang diperingati setiap 10 November, tak lepas dari kenangan pertempuran Surabaya 10 November 1945. Pertempuran itu tidak bisa dilepaskan dengan sejumlah tokoh salah satunya Mohammad Mangoendiprojo.

Dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia, HR Mohammad Mangoendiprojo memiliki andil yang penting. Salah satunya melakukan pertempuran yang berpuncak mempertahankan kemerdekaan RI di Surabaya pada 10 November 1945. 

Setelah mengakhiri karier militer, Muhammad Mangundiprojo ditugaskan sebagai Bupati Ponorogo dari tahun 1951 sampai 1955 , yang salah satu misinya adalah mengamankan daerah Madiun .

Prestasinya ini kemudian mengantar Mayor Jenderal (Purn) HR Mohammad Mangundiprojo menjadi Residen (Gubernur) pertama Lampung dengan misi utama mengendalikan keamanan di daerah ini.

Peran Residen di Lampung tidak mudah, Mohammad Mangoendiprojo harus mengendalikan dan meredakan dampak psikologis para demobilisasi TNI yang disalurkan sebagai transmigran dengan membuka kehidupan baru sebagai petani. Menjelang akhir hayatnya, ayah dari Letjen Himawan Sutanto dan ayah mertua dari Jenderal Soesilo Soedarman itu sempat menjadi Ketua MPR tertua pada tahun 1988.

Mohammad Mangoendiprojo meninggal di Bandarlampung pada 13 Desember 1988. Sebelum Presiden Joko Widodo atas nama pemerintah dan rakyat Indonesia menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional, Mohammad Mangoendiprojo telah memiliki Bintang Mahaputera Pratama yang dianugerahkan pada 1986.

Mohammad Mangundiprojo dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Tanjungkarang Bandarlampung. 

Gubernur Lampung M Ridho Ficardo beberapa waktu lalu mengatakan bahwa atas jasa-jasanya dalam mempertahankan kemerdekaan, maka sudah sepantasnyalah Mohammad Mangoendiprojo dianugerahi gelar Pahlawan Nasional Indonesia.

Ridho mengatakan, dengan ditetapkannya Mayor Jenderal (Pur) HR Mohammad Mangundiprojo sebagai Pahlawan Nasional tentu mengingatkan dan menggugah semua pihak akan pentingnya nilai-nilai perjuangan para Pahlawan. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, perjuangan tidak akan pernah usai.

Kalau di tahun 1945 kita berjuang merebut kemerdekaan dengan mengangkat senjata, namun setelah merdeka kita mengisinya dengan berjuang dan berbuat dengan kegiatan nyata, terutama dalam mengatasi berbagai masalah seperti, kemiskinan, pengangguran, kebodohan dan lain-lain.

"Saya mengajak kepada masyarakat Lampung untuk selalu berjuang agar kita tidak ketinggalan dengan provinsi lain. Mari kita jaga dan awasi hasil-hasil pembangunan yang telah kita lakukan saat ini," kata dia.

Gubernur Lampung juga mengajak semua pihak untuk meneladani sikap kepahlawanan yang merupakan perwujudan tindakan dan pengorbanan penuh militansi bagi bangsa dan negeri ini.

"Komitmen para pejuang, pendiri bangsa dan pahlawan untuk mempersatukan bangsa ini melahirkan sikap kepahlawanan," kata dia.

Ridho menyatakan perilaku kesetiakawanan sosial serta menguatkan memori kolektif bangsa ini supaya berani bertindak nyata untuk melawan penjajah dan ketertindasan akibat kolonialisme dan imperialisme.

Sikap kesetiakawanan sosial adalah perwujudan dan kepekaan sosial atau batin, katanya lagi.

Dia mengingatkan, sejarah perjalanan bangsa dan negara Indonesia menunjukkan bahwa untuk mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) diperlukan perjuangan panjang.

NKRI tidak akan bisa berdiri menjadi negara yang merdeka berdaulat dan terhormat seperti saat ini, tanpa perjuangan para pejuang, pendiri bangsa dan pahlawan yang telah mengorbankan jiwa, raga, pikiran serta hartanya.

Menurutnya, sejarah bangsa dan negara Indonesia mencatat, perjuangan untuk merebut kemerdekaan dan mendirikan NKRI membutuhkan ikatan persatuan dan kesatuan yang kuat.

Memperingati Hari Pahlawan dimaksudkan untuk menggugah semangat kepahlawanan sebagai ukuran nilai, baik sebagai panutan maupun figur idola pencarian jati diri.

Pahlawan diharapkan pula dapat menjadi inspirasi bagi generasi penerus bahwa semangat juang dan semangat kebangsaan para pahlawan akan selalu terpatri di dada setiap insan Indonesia dan menjadi kebanggaan atau idola sepanjang masa.

"Sebagai generasi penerus, kita harus bisa menghargai jasa-jasa para pahlawan dengan tetap menjaga semangat dan nilai-nilai para pejuang," ujarnya.

Generasi penerus, menurutnya, juga harus bisa mengimplementasikan nilai-nilai kebangsaan, motivasi dan kedisiplinan dalam membangun daerah.(*)