Bappeda dan Coca Cola Gagas Konservasi Terumbu Karang

Guna Menanggulangi ancaman terhadap sumber daya pesisir dan laut di wilayah yang dianggap sebagai pusat keanekaragaman hayati laut dunia, Lampung Under Water Community menggandeng Coca-Cola Amatil Indonesia mencanangkan rencana aksi Teluk Lampung dalam penyelamatan ekosistem terumbu karang di Pulau Mahitam, Sabtu (3/10/2015). Kegiatan yang diinisiasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Lampung juga merancang langkah aksi menuju pengelolaan terumbu karang berkelanjutan.
Kepala Bappeda Provinsi Lampung, Taufik Hidayat, menyatakan Teluk Lampung memiliki garis pantai yang cukup panjang. Kekayaan alam itu dihiasi hamparan pasir putihnya yang dilengkapi dengan pemandangan oseanik yang menakjubkan. Dia mengakui hal itu merupakan kekayaan alam yang akan mengantarkan Lampung menjadi satu tujuan wisata bahari kelas dunia.
Menurut Taufik, itulah secercah harapan yang muncul dalam diskusi kelompok penggiat wisata bahari untuk Teluk Lampung. Keberadaan pulau kecil di sekitar teluk seperti Pulau Tegal, Pulau Pahawang Besar, Pulau Pahawang Kecil, Pulau Kelagian, Pulau Mahitam, dan Pulau Legundi akan menjadi magnet destinasi wisata Teluk Lampung. Wisatawan akan sangat rugi jika melewatkannya begitu saja.
Di Teluk Lampung, lanjutnya, terumbu karang merupakan satu komponen utama sumber daya pesisir dan laut, di samping hutan bakau atau hutan mangrove. Terumbu karang dan segala kehidupan yang ada di dalamnya merupakan kekayaan alam yang dimiliki bangsa Indonesia dan tak ternilai harganya. Diperkirakan luas terumbu karang di perairan Indonesia tersebar luas dari perairan kawasan barat hingga kawasan timur Indonesia.
"Namun tidak bisa dimungkiri dalam kehidupan sehari-hari, tindakan seperti membuang sampah ke laut dan pantai dapat mencemari air laut. Membawa pulang ataupun menyentuh terumbu karang saat menyelam dapat membunuhnya, penggunaan pupuk dan pestisida buatan pada akhinya akan terbuang ke laut juga," jelasnya.
Tidak itu saja, lanjutnya, membuang jangkar di pesisir pantai secara tidak sengaja akan merusak terumbu karang yang berada di bawahnya. Terdapatnya predator terumbu karang, seperti sejenis siput drupella juga merusak terumbu karang. Selain tentunya penambangan, pembangunan permukiman, reklamasi pantai, polusi, penangkapan ikan dengan cara yang salah seperti pemakaian bom ikan, potas masih sering dilakukan.
Taufik menambahkan pihaknya yakin sehebat apa pun rencana aksi bersama konservasi terumbu karang tidak akan berbuah apa pun jika tidak diimbangi kesadaran dan partisipasi masyarakat. Masyarakat harus merasa memiliki terumbu karang tersebut sebagai bagian dari kehidupannya. "Maka dari itu mari bersama kita dukung keberlanjutan inisiatif baik untuk lingkungan ini," tambah Kusbiyanti, Humas Lampung Under Water Community.(*)
Sumber foto http://gambargambar.co/wp-content/uploads/2014/12/Gambar-Terumbu-Karang-Terindah-Di-Laut.jpg